10/02/13

WISATA: Paket Kenikmatan di Kampung Jelok

 Minggu, 8 Juli 2012 08:35 WIB | Tri Wahyu Utami/JIBI/Harian Jogja

Di Desa Wisata Jelok, Anda bakal dimanjakan oleh suasana kampung dengan penduduknya yang ramah. Anda bisa berpetualang, bertani, belajar bahkan makan malam di atas Kali Oya.
Dusun Jelok, Desa Beji, Patuk Gunungkidul, konon terisolir karena akses jalan sangat sulit, harus melewati Kali Oya selebar 80 meter. Untuk bersekolah, siswa menyeberang kali dengan gethek terbuat dari bambu. Tahun 1996, jembatan dibangun atas inisiatis masyarakat dan mahasiswa KKN dari UNY.
Jembatan sepanjang 82 meter dengan lebar satu meter itu kemudian menjadi satu-satunya jalan menuju Jelok, yang mulai 2010 dikenal sebagai Desa Wisata. “Sebenarnya ada jalan lain, tapi harus melewati hutan dan jaraknya sangat jauh,” kata Aminudin Azis, penggagas Desa Wisata Jelok.
Melihat kegotongroyongan masyarakat yang begitu besar, Azis kelahiran Wonosori, Gunungkidul yang saat itu turut KKN tergelitik untuk membantu lebih jauh. Tahun 2006, jiwa kegotongroyongan itu mulai sirna akibat bantuan pemerintah kepada korban gempa tidak merata.
Keharmonisan kampung pun terkoyak. Sebagai orang luar, Azis kerap dicurigai masyarakat. Tapi, kemudian ia dan beberapa pemuda mampu memupuk kembali kebersamaan warga secara pelan-pelan, salah satunya dengan mendirikan gubug di tanah khas desa. Gubug yang hingga kini berdiri kokoh itu dimanfaatkan untuk tempat belajar anak-anak dan ngobrol setiap malam.
Dari obrolan, tumbuhlah gagasan agar kampung Jelok meningkat secara ekonomi disamping tetap melestarikan budaya dan lingkungan. Pada 2010, digelar festival dan merti kali oya, dengan serangkaian kegiatan lomba lukis, mewarnai nonbar, kesenian tradisional. “Tujuannya agar masyarakat kumpul untuk berdoa bersama-sama di sungai,” jelas Azis.
Sejak itulah, Jelok mulai dikenal. Azis dan warga memanfaatkan potensi ini untuk membentuk konsep desa wisata berbasis masyarakat, budaya dan lingkungan. Wisata di kampung seluas 75 hektare ini dibagi menjadi wisata petualangan, yakni arung jeram, menangkap ikan, bersepeda, berkemah, outbond. Wisata pendidikan, membaca di perpustakaan, melukis, menggambar, bertani oragnik, membuat biogas, pupuk kompos dan arang. Sementara wisata budaya, seperti pertunjukan merti kali, jathilan, macapat.

Jembatan Jelok melingi Kali Oya (JIBI/Harian Jogja/Tri Wahyu Utami)

Ramah
Paling menarik di desa wisata yang terletak 30 kilometer dari Kota Jogja ini adalah penduduknya yang ramah. Anda bisa bermalam di rumah warga, merasakan masakan ala ndeso yang dipetik dari sawah organik dengan biaya yang sangat murah, Rp50.000 per malam untuk 4 orang. Delapan pemandu wisatanya pun sangat ramah, mereka akan mefasilitasi wisata yang Anda pilih.
Jelok juga menyediakan paket wisata outbond untuk anak-anak TK-SD dan umum. Menariknya, kampung berpenduduk 105 KK ini tidak mematok harga. “Misalnya ada yang pesan untuk outbond, disesuaikan dengan keinginan mereka maunya permainan apa. Pernah, karena sekolah dananya sedikit, satu anak Rp50.000 itu sudah termasuk game selama 4 jam, makan siang dan snack,” tambah koordinator lintas agama di Gunungkidul ini.
Paket wisata ini tentu sangat sayang jika dilewatkan, karena di Jelok Anda tidak hanya bisa bersenang-senang, tapi memperoleh pengalaman yang luar biasa. Mulai akhir Juni 2012, dinner on the river sudah bisa dinikmati. Layaknya di belahan Eropa, makan malam di atas gethek bambu yang terapung di kali oya ini kian mantap, dihibur alunan musik dan tembang macapat di atas sampan. Dinner ini biasanya dilangsungkan setelah pengunjung pada siang harinya letih outbond. Seakan ‘pulang’ ke kampung halaman, mereka bisa menyantap ikan hasil tangkapannya sendiri, dengan lauk sayur lodeh, urap dan sambal ala ndeso. Selamat mencoba…!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar