09/02/13

Kasus Bunuh Diri di Gunung Kidul Meningkat

Gunung Kidul, 31 Juli 2010 10:42
Kasus bunuh diri di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 2010 cenderung meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sehingga perlu diambil langkah untuk mengatasinya.

"Pelaku bunuh diri di kabupaten ini didominasi kalangan petani. Penyebabnya faktor ekonomi dan menderita penyakit yang tak kunjung sembuh," kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Gunung Kidul AKP M. Qori Oktohandoko di Wonosari, Sabtu (31/7).

Menurut dia, kasus bunuh diri di kabupaten ini pada Januari-Juli 2010 tercatat 17 kasus, sedangkan pada 2009 tercatat 29 kasus. Kemungkinan kasus bunuh diri di Gunung Kidul pada 2010 bakal bertambah karena tren kasus ini cenderung meningkat setiap tahun.

Kasus bunuh diri terakhir pada 30 Juli 2010 menimpa petani warga Plembengan Kidul, Candirejo, Semanu bernama, Wonokromo (90), yang ditemukan keluarganya menggantung diri di tempat penyimpanan kayu bakar yang digunakan untuk memasak.

"Keluarga korban mengira Wonokromo pergi ke ladang, tetapi ketika salah satu keluarganya mau mengambil kayu untuk memasak pada Jumat (30/7) pukul 11.00 WIB menemukan Wonokromo sudah tergantung dengan seutas tali," katanya.

Setelah tim medis Puskesmas Semanu dan polisi melakukan pemeriksaan tidak ditemukan adanya tanda-tanda penganiayaan dan kasus ini bunuh diri murni, katanya.

Direktur Lembaga Kajian dan Pendidikan Sosial Yogyakarta Aminuddin Azis mengatakan fenomena bunuh diri di Gunung Kidul merupakan akibat adanya krisis konsep hidup.

"Pelaku bunuh diri memiliki krisis konsep hidup sehingga ketika ada permasalahan yang menurut mereka tidak mampu diselesaikan kemudian memilih mengakhiri hidupnya. Mereka bunuh diri bukan karena mau lari dari tanggung jawab melainkan karena tidak mau membebani keluarganya," katanya.

Menurut dia, penanaman konsep hidup harus diberikan sejak dini sehingga ketika masih muda tidak mudah terbawa dinamika global kemudian lupa jati diri sehingga setelah memasuki usia senja mereka mampu menunggu sampai ajal menjemput meskipun dalam kondisi serba sulit.

"Kalangan orang lanjut usia berisiko bunuh diri yang kebanyakan tidak bersekolah saat masa penjajahan kini perlu didata dan dilibatkan dalam kegiatan pelayanan terpadu lanjut usia yang sudah ada di setiap desa agar mereka tidak merasa kesepian," katanya. [TMA, Ant]

http://arsip.gatra.com/2010-08-02/artikel.php?id=140236

Tidak ada komentar:

Posting Komentar