10/02/13

Desa wisata Jelok, kebersamaan yang terjalin kembali


By ipank – August 9, 2012
 
Dusun Jelok dahulunya merupakan daerah yang terisolir dikarenakan akses jalan yang sulit. Untuk menuju desa inipun terkendala karena harus melewati Kali Oyo yang lebarnya mencapai 80 m, dengan menggunakan rakit dari bambu atau sering disebut gethek, itupun kalau arus sungai tidak deras. Namun semenjak tahun 1996 saat tempat ini dipakai sebagai lokasi KKN dari mahasiswa UNY, masyarakat bersama mahasiswa UNY membangun Jembatan untuk memudahkan akses ke desa tersebut.
Dengan semangat gotong royong yang tinggi dan jiwa kebersamaan warga bersama Mahasiswa tersebut menjadi kunci untuk mewujudkan kemajuan desa mereka, namun bencana gempa bumi yang mengoyak Yogyakarta pada Mei 2006, menjadi awal ketidak harmonisan warga dusun jelok, hal ini karena bantuan pemerintah yang tidak merata antara satu warga dengan warga yang lain yang kondisinya saat itu sama. Kondisi ini pun disadari oleh seorang pemuda Kelahiran Wonosari, yang bernama Aziz yang juga merupakan salah satu mahasiswa UNY yang ikut KKN pada tahun 1996 tersebut. Pemuda ini sering dicurigai karena bukan merupakan warga dusun jelok, namun perlahan tapi pasti pemuda dengan beberapa pemuda setempat, mencoba untuk menumbuhkan kembali kepercayaan serta membangun kembali kebersamaan yang hampir sirna.
Dengan membangun sebuah gubung ditanah kas desa, sebagai tempat untuk nongkrong sekaligus ngobrol untuk mengakrabkan kembali warga. Sampai saat inipun gubug tersebut masih ada dan dipergunakan sebagai tempat belajar dan ngobrol pada malam hari.
Daris sinilah awal mula desa wisata Jelok terbentuk, dari obrolan yang ringan penuh kebersamaan tercetuslah satu gagasan untuk meningkatkan kualitas hidup warga dusun Jelok namun tetap menjaga dan melestarikan budaya serta lingkungan yang asri. Dusun Jelok yang berada di desa Beji, Patuk, Gunungkidul, Yogyakarta dengan luas  sekitar 75 Ha inipun pada tahun 2010 menggelar acara festival dan merti kali oyo dengan berbagai kegiatan yang intinya tentu saja agar warga secara bersama sama saling bahu membahu serta berdoa bersama disungai oyo yang ada di desa tersebut. Mulai dari situ Desa ini mulai dikenal, dan dengan potensi tersebut pada tahun 2010 menjadi desa wisata yang berbasis masyarakat, budaya dan lingkungan.
                                                      
Berbagai wisata yang dapat anda nikmati, berupa wisata petualangan dengan arung jeram di sungai oyo, menangkap ikan, bersepeda, kemah serta outbond. Ada pula wisata pendidikan yang berupa penyediaan perpustakaan, melukis, menggambar, bertani organic, membuat biogas, membuat pupuk kompos serta membuat arang. Untuk wisata budaya dapat anda saksikan merti kali, jathilan, dan mocopat.
Untuk merasakan keramahan serta keakraban warga anda bisa tinggal di rumah warga dengan biaya Rp. 50.000,- per malam untuk 4 orang anda dapat mencicipi masakan ala ndeso yang dipetik langsung dari sawah organic. Untuk beberapa kegiatan yang membutuhkan pemandu ditempat ini 8 pemandu siap mengantar anda untuk berpetualang di desa ini. Satu hal yang paling menarik anda bisa menikmati Dinner on the river, seperti halnya di beberapa Negara eropa berupa makan malam di atas gethek atau rakit bambu, dengan iringan alunan music dan tembang macapat.
How to get there :
  • Dengan menggunakan angkutan umum dari Yogyakarta jurusan wonosari turun di desa Putat dekat sirkuit putat, dilanjutkan dengan ojek jarak kurang lebih 2 km dari desa putat
  • Dengan kendaraan pribadi roda dua maupun empat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar