11/02/13

Tarian Lego-lego dari Alor untuk Desa Beji


Foto: Pribadi (Fb Aziz Desa Wisata Jelok)

Tribun Jogja - Senin, 22 Oktober 2012 12:21 WIB
Laporan Reporter Tribun Jogja, Agung Ismiyanto

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL- Suara riuh dari puluhan anak muda mengumandang di balik rerimbunan pohon tebu Dusun Jelok, Desa Beji, Kecamatan Patuk, Minggu (21/10/2012). Semilir angin yang sejuk di pedusunan yang dikenal dengan kampung Nusantara Jelok tersebut, mengiringi kegembiraan puluhan pemuda tersebut.

Di sebuah tempat berbentuk joglo, tampak puluhan pemuda bergandengan tangan, senyum lebar merekah dari bibir mereka. Paduan musik dengan ritme yang menggugah badan untuk bergoyang terdengar keras. Beberapa diantaranya mengenakan pakaian tradisional adat Alor. Puluhan pemuda tersebut berasal dari kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Mereka menarikan tarian adat yang dikenal dengan nama Lego-lego. Tak jarang, warga setempat juga diajak untuk berpartisipasi dalam menarikan tarian ini. Tarian ini, dilakukan dengan bergandengan tangan antara peserta tari dan secara berputar dengan gerakan yang monoton. Tetapi, semangat dalam tarian ini adalah kebersamaan. Semua merasa gembira, seakan terbius oleh alunan musik yang menghentak.

Dijelaskan oleh salah satu peserta tarian Lego-lego, Dece N.B. Tabun, tarian tersebut menunjukkan kebersamaan. “Kami berusaha untuk menunjukkan kerukunan meskipun berbeda suku, ras dan agama,” jelasnya kepada Tribun Jogja.

Dece, yang merupakan mahasiswi jurusan Hubungan Internasional (HI), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip), Universitas Pembangunan Nasional (UPN) ini, mengatakan bahwa kegiatan menari Lego-lego tersebut merupakan tradisi masyarakat Alor yang masih lestari. Ia menambahkan karena musik yang asyik dan rasa kebersamaan yang begitu kental, membuat masyarakat Alor betah menari selama berjam-jam.

“Tak jarang, kalau ada acara tradisional di Alor bisa sampai tujuh hari tujuh malam,” jelasnya.

Dece dan beberapa kawan lainnya, sangat mengagumi alam. Mereka melakukan malam keakraban dengan himpunan mahasiswa Alor yang bertempat di dusun Jelok. Menurutnya, di tempat itulah mereka juga dapat mengenali kehidupan yang rukun masyarakat Yogyakarta.

“Saya sangat senang dengan persaudaraan yang ada di wilayah ini. Termasuk kerukunan masyarakat yang masih terpelihara dengan baik,” ungkapnya.
Salah satu warga dan pengelola kampung nusantara Jelok, Aminudin Azis, mengaku sangat senang saat diajak menari Lego-lego. Ia mengaku senang dengan kedatangan ratusan mahasiswa Alor tersebut untuk mengenali suasana pedesaan dengan tajuk “Memboyong Cinta Alor Untuk Yogyakarta”.

“Termasuk saya mengapresisasi ajakan mereka untuk menciptakan selalu kerukunan tanpa memandang perbedaan suku, agama, golongan dan ras yang ada di masyarakat,” jelasnya. (TRIBUNJOGJA.COM)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar