11/02/13

Kapolres Jangan Bohongi Publik


Monday, 05 November 2012 09:34

WONOSARI - Kematian Reza Eka Wardhana, siswa kelas X SMA Dominikus Wonosari mengundang simpati masyarakat luas. Simpati tersebut ditunjukkan dengan aksi turun ke jalan dan menuntut polisi mengungkap apa sebenarnya penyebab kematian Rezza.
Di depan kantor Polres Gunungkidul, kemarin (4/11), berbagai elemen masyarakat menuntut Kapolres Gunungkidul AKBP Ihsan Amin jujur dalam mengungkap misteri penyebab kematian Reza. Jika dalam tempo lima hari ke depan polisi masih bersikukuh bahwa kejadian pada 25 Oktober lalu adalah kecelakaan tunggal, mereka mengancam akan kembali berunjuk rasa dengan membawa massa yang jauh lebih besar.’’Kapolres Ihsan Amin itu sebenarnya orang baik. Namun dia akan jauh lebih baik jika tidak menutup-nutupi kasus dugaan penganiayaan yang dilakukan anggotanya. Masyarakat akan menganggap Kapolres pahlawan Gunungkidul seandainya dia jujur,’’ kata koordinator aksi dari LSM Gunungkidul Coruption Watch (GCW) M. Dadang Iskandar.

Direktur LSM Lembaga Kajian dan Studi Sosial (LKdS) Aminudin Aziz memberi waktu Kapolres lima hari terhitung sejak kemarin untuk mengungkap kasus sesuai dengan bukti yang jelas. Dia menilai, Kapolres telah membohongi publik dengan keterangan yang berbeda-beda. ’’Dulu dikatakan penyebab luka Dik Reza karena terbentur trotoar. Tetapi kemudian Kapolres meralat sendiri ucapannya dan mengatakan korban terluka karena terguling-guling di aspal,’’ kata Aminudin. Dia pun menyebut keterangan Kapolres itu plin-plan.
Kata Aminudin, dalam kasus Reza, polisi telah menerjang aturan hukum. Sebab pemeriksaan saksi-saksi tak lama setelah kejadian, tidak melibatkan pendamping. ’’Kepolisian melanggar aturan karena saksi di bawah umur dimintai keterangan tanpa pendamping,’’ terangnya.

Hal senada juga disampaikan Koordinator Aktivis Forum Anak Gunungkidul Jazelyne Syahrini Fitria Myisha Almira Setiawan. Dia juga menuntut polisi jujur mengungkap kasus yang mengakibatkan Reza celaka dan meninggal dunia. ’’Kami cinta polisi yang baik, bukan polisi arogan. Tolong bapak pikirkan jika yang menjadi korban adalah anak Anda,’’ teriaknya dengan tangis terisak sambil mengarahkan jarinya ke sejumlah anggota polisi yang berjaga di pintu gerbang Polres.Di akhir aksi, Aminudin menyerukan massa yang kebanyakan berusia belasan tahun, untuk semangat mengawal kasus Reza. Jangan sampai lelah dan takut, sebab kasus ini sudah menasional dan banyak pihak mendukung.
’’Lima hari ke depan kita akan kembali turun ke jalan dengan massa yang jauh lebih besar jika tidak ada perkembangan kasus,’’ teriaknya.Sebelumnya, massa bergerak dari rumah duka di Jeruksari dengan berjalan kaki ke lokasi di mana Reza mengalami nasib nahas. Mereka melakukan aksi tabur bunga di tempat ini, dan baru kemudian menuju polres. Aksi simpati kepada kematian Reza juga dilakukan oleh sejumlah masyarakat di Kota Jogja kemarin. Elemen masyarakat yang mengatasnamakan Koalisi Aksi Solidaritas untuk Reza (Kasur) Jogjakarta menggelar aksi doa bersama di Perempatan Tugu. Kasur juga menuntut kasus kematian yang dinilai janggal itu segera dituntaskan.Salah seorang peserta aksi, Winarta menganggap, penyebab kecelakaan yang dialami Rezza simpang siur. Sebab, ada sejumlah versi berbeda yang beredar di masyarakat terkait penyebab kematian remaja 16 tahun itu. Polisi menyimpulkan, penyebab kematian Reza akibat kecelakaan tunggal yang terjadi pada malam takbiran atau Kamis lalu (25/10). Sedangkan kabar santer di masyarakat, Reza mengalami luka memar di bagian belakang kepala hingga menimbulkan pendarahan otak akibat pukulan benda tumpul oleh aparat.

’’Jangan sampai kesimpangsiuran ini berlarut-larut. Bagaimanapun juga citra kepolisian dipertaruhkan pada kejadian ini,’’ kata Winarta seusai aksi.Solidaritas untuk Reza diikuti oleh lima peserta. Di bawah awan mendung, mereka menaburkan bunga di sebuah foto Reza yang terbingkai beserta foto yang dicetak di kertas putih HVS. Gambar-gambar yang dibawa peserta aksi, menampilkan keadaan Reza pada saat koma dan menjalani perawatan intensif di RS Bethesda. Rezza akhirnya meninggal setelah menjalani perawatan sepekan lebih pada Sabtu (3/11) sekitar pukul 15.15.Winarta meminta polisi untuk memastikan dua versi kematian Rezza.

’’Jangan sampai kasus Reza ini menjadi kabur,’’ ingatnya. Meski sudah ada kesimpulan yang dikeluarkan Polres Gunungkidul, yang menyatakan kematian Rezza akibat kecalakan tunggal, Kasur berharap tim independen yang juga dibentuk untuk mencari fakta sebenarnya tetap bekerja. Mereka tidak terpengaruh kesimpulan dari pihak kepolisian. ”Jika tim bisa bekerja serius kami yakin kebenaran akan terungkap,’’ harapnya.
Seperti diberitakan, setelah menjalani perawatan intensif selama 12 hari di RS Bethesda sejak Jumat (26/10), Reza akhirnya berpulang. Pihak keluarga seperti disampaikan kerabat keluarga korban, Hari Sabayang pernah menyampaikan agar kematian Rezza segera dituntaskan.Bahkan, Ketua Komnas Perlindungan Anak Seto Mulyadi memberikan perhatian khusus pada kasus Rezza. Seto, ketika menjenguk Rezz  menyampaikan, persoalan kekerasan pada anak merupakan fenomena gunung es. Banyak keluarga korban atau saksi tidak berani mengungkapkan kebenaran yang terjadi.’’Untuk saksi-saksi di bawah umur, kami akan lakukan pendampingan. Bagaimanapun psikologis mereka harus tetap dijaga,’’ kata dia. (gun/bhn/abd)




 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar