Sat,
31/07/2010 - 17:18 WIB
SRAGEn,rimanews-
Jumlah kasus bunuh diri di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, dalam enam bulan
pertama 2010 meningkat dibandingkan pada periode yang sama tahun 2009.
"Hingga
semester pertama 2010 ini, sudah ada 13 kasus bunuh diri di Sragen atau
meningkat 30 persen dibanding periode yang sama tahun 2009," kata Kepala
Kantor Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpolimas)
Sragen, Wangsit Sungkono di Sragen, Jumat (30/7).
Pada
semester pertama 2009, jumlah kasus bunuh diri di Sragen mencapai 10 kasus dan
hingga akhir 2009 mencapai 18 kasus.
"Kebanyakan
kasus bunuh diri yang ada di Sragen disebabkan oleh sakit menahun pelaku yang
tidak kunjung sembuh. Pelaku umumnya berusia di atas 50 tahun," kata
Wangsit.
Selain itu,
beratnya beban ekonomi juga menjadi penyebab banyaknya kasus bunuh diri di
Sragen.
"Dari
kasus-kasus yang ada tersebut, kebanyakan terjadi di wilayah Sragen sebelah
utara yang kebanyakan kecamatannya merupakan daerah perbukitan yang jarang
air," kata Wangsit.
Menurut dia,
dibandingkan daerah-daerah lain di Keresidenan Surakarta, jumlah kasus bunuh
diri di Sragen termasuk tinggi.
Oleh karena
itu, lanjut Wangsit, pihaknya saat ini berupaya meningkatkan pembinaan mental
dan motivasi bagi masyarakat Sragen, terutama kalangan menengah ke bawah.
"Selain
itu, kami juga terus memberikan pelatihan ketrampilan bagi masyarakat kalangan
menengah ke bawah agar mereka dapat meningkatkan perekonomian mereka,"
katanya.
Perbaikan
kondisi perekonomian seseorang yang diimbangi dengan ketaqwaan terhadap ajaran
agama dapat memotivasi masyarakat untuk terus bertahan hidup, katanya.
"Dengan
semua upaya tersebut, kami berharap jumlah kasus bunuh diri dapat ditekan
hingga tidak ada lagi di Sragen ini," kata Wangsit Sungkono
Gunung Kidul
Meningkat
Kasus bunuh
diri di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 2010
cenderung meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sehingga perlu diambil
langkah untuk mengatasinya.
“Pelaku
bunuh diri di kabupaten ini didominasi kalangan petani. Penyebabnya faktor
ekonomi dan menderita penyakit yang tak kunjung sembuh,” kata Kepala Satuan
Reserse Kriminal Kepolisian Resor Gunung Kidul AKP M. Qori Oktohandoko di
Wonosari, Sabtu (31/7).
Menurut dia,
kasus bunuh diri di kabupaten ini pada Januari-Juli 2010 tercatat 17 kasus,
sedangkan pada 2009 tercatat 29 kasus. Kemungkinan kasus bunuh diri di Gunung
Kidul pada 2010 bakal bertambah karena tren kasus ini cenderung meningkat
setiap tahun.
Kasus bunuh
diri terakhir pada 30 Juli 2010 menimpa petani warga Plembengan Kidul,
Candirejo, Semanu bernama, Wonokromo (90), yang ditemukan keluarganya
menggantung diri di tempat penyimpanan kayu bakar yang digunakan untuk memasak.
“Keluarga
korban mengira Wonokromo pergi ke ladang, tetapi ketika salah satu keluarganya
mau mengambil kayu untuk memasak pada Jumat (30/7) pukul 11.00 WIB
menemukan Wonokromo sudah tergantung dengan seutas tali,” katanya.
Setelah tim
medis Puskesmas Semanu dan polisi melakukan pemeriksaan tidak ditemukan adanya
tanda-tanda penganiayaan dan kasus ini bunuh diri murni, katanya.
Direktur
Lembaga Kajian dan Pendidikan Sosial Yogyakarta Aminuddin Azis mengatakan fenomena bunuh diri di Gunung Kidul
merupakan akibat adanya krisis konsep hidup.
“Pelaku
bunuh diri memiliki krisis konsep hidup sehingga ketika ada permasalahan yang
menurut mereka tidak mampu diselesaikan kemudian memilih mengakhiri hidupnya.
Mereka bunuh diri bukan karena mau lari dari tanggung jawab melainkan karena
tidak mau membebani keluarganya,” katanya.(B)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar