|
WONOSARI - Kematian Reza Eka Wardhana, siswa
kelas X SMA Dominikus Wonosari mengundang simpati masyarakat luas. Simpati
tersebut ditunjukkan dengan aksi turun ke jalan dan menuntut polisi mengungkap
apa sebenarnya penyebab kematian Rezza.
Di depan kantor Polres Gunungkidul, kemarin (4/11), berbagai elemen masyarakat menuntut Kapolres Gunungkidul AKBP Ihsan Amin jujur dalam mengungkap misteri penyebab kematian Reza. Jika dalam tempo lima hari ke depan polisi masih bersikukuh bahwa kejadian pada 25 Oktober lalu adalah kecelakaan tunggal, mereka mengancam akan kembali berunjuk rasa dengan membawa massa yang jauh lebih besar.’’Kapolres Ihsan Amin itu sebenarnya orang baik. Namun dia akan jauh lebih baik jika tidak menutup-nutupi kasus dugaan penganiayaan yang dilakukan anggotanya. Masyarakat akan menganggap Kapolres pahlawan Gunungkidul seandainya dia jujur,’’ kata koordinator aksi dari LSM Gunungkidul Coruption Watch (GCW) M. Dadang Iskandar.
Direktur LSM Lembaga Kajian dan
Studi Sosial (LKdS) Aminudin Aziz
memberi waktu Kapolres lima hari terhitung sejak kemarin untuk mengungkap kasus
sesuai dengan bukti yang jelas. Dia menilai, Kapolres telah membohongi publik
dengan keterangan yang berbeda-beda. ’’Dulu dikatakan penyebab luka Dik Reza
karena terbentur trotoar. Tetapi kemudian Kapolres meralat sendiri ucapannya
dan mengatakan korban terluka karena terguling-guling di aspal,’’ kata
Aminudin. Dia pun menyebut keterangan Kapolres itu plin-plan.
Kata Aminudin, dalam kasus Reza, polisi telah menerjang aturan hukum. Sebab pemeriksaan saksi-saksi tak lama setelah kejadian, tidak melibatkan pendamping. ’’Kepolisian melanggar aturan karena saksi di bawah umur dimintai keterangan tanpa pendamping,’’ terangnya.
Hal senada juga disampaikan
Koordinator Aktivis Forum Anak Gunungkidul Jazelyne Syahrini Fitria Myisha
Almira Setiawan. Dia juga menuntut polisi jujur mengungkap kasus yang
mengakibatkan Reza celaka dan meninggal dunia. ’’Kami cinta polisi yang baik,
bukan polisi arogan. Tolong bapak pikirkan jika yang menjadi korban adalah anak
Anda,’’ teriaknya dengan tangis terisak sambil mengarahkan jarinya ke sejumlah
anggota polisi yang berjaga di pintu gerbang Polres.Di akhir aksi, Aminudin
menyerukan massa yang kebanyakan berusia belasan tahun, untuk semangat mengawal
kasus Reza. Jangan sampai lelah dan takut, sebab kasus ini sudah menasional dan
banyak pihak mendukung.
’’Lima hari ke depan kita akan
kembali turun ke jalan dengan massa yang jauh lebih besar jika tidak ada
perkembangan kasus,’’ teriaknya.Sebelumnya, massa bergerak dari rumah duka di
Jeruksari dengan berjalan kaki ke lokasi di mana Reza mengalami nasib nahas.
Mereka melakukan aksi tabur bunga di tempat ini, dan baru kemudian menuju
polres. Aksi simpati kepada kematian Reza juga dilakukan oleh sejumlah masyarakat
di Kota Jogja kemarin. Elemen masyarakat yang mengatasnamakan Koalisi Aksi
Solidaritas untuk Reza (Kasur) Jogjakarta menggelar aksi doa bersama di
Perempatan Tugu. Kasur juga menuntut kasus kematian yang dinilai janggal itu
segera dituntaskan.Salah seorang peserta aksi, Winarta menganggap, penyebab
kecelakaan yang dialami Rezza simpang siur. Sebab, ada sejumlah versi berbeda
yang beredar di masyarakat terkait penyebab kematian remaja 16 tahun itu.
Polisi menyimpulkan, penyebab kematian Reza akibat kecelakaan tunggal yang
terjadi pada malam takbiran atau Kamis lalu (25/10). Sedangkan kabar santer di
masyarakat, Reza mengalami luka memar di bagian belakang kepala hingga
menimbulkan pendarahan otak akibat pukulan benda tumpul oleh aparat.
’’Jangan sampai kesimpangsiuran ini
berlarut-larut. Bagaimanapun juga citra kepolisian dipertaruhkan pada kejadian
ini,’’ kata Winarta seusai aksi.Solidaritas untuk Reza diikuti oleh lima
peserta. Di bawah awan mendung, mereka menaburkan bunga di sebuah foto Reza
yang terbingkai beserta foto yang dicetak di kertas putih HVS. Gambar-gambar
yang dibawa peserta aksi, menampilkan keadaan Reza pada saat koma dan menjalani
perawatan intensif di RS Bethesda. Rezza akhirnya meninggal setelah menjalani
perawatan sepekan lebih pada Sabtu (3/11) sekitar pukul 15.15.Winarta meminta
polisi untuk memastikan dua versi kematian Rezza.
’’Jangan sampai kasus Reza ini
menjadi kabur,’’ ingatnya. Meski sudah ada kesimpulan yang dikeluarkan Polres
Gunungkidul, yang menyatakan kematian Rezza akibat kecalakan tunggal, Kasur
berharap tim independen yang juga dibentuk untuk mencari fakta sebenarnya tetap
bekerja. Mereka tidak terpengaruh kesimpulan dari pihak kepolisian. ”Jika tim
bisa bekerja serius kami yakin kebenaran akan terungkap,’’ harapnya.
Seperti diberitakan, setelah menjalani perawatan intensif selama 12 hari di RS Bethesda sejak Jumat (26/10), Reza akhirnya berpulang. Pihak keluarga seperti disampaikan kerabat keluarga korban, Hari Sabayang pernah menyampaikan agar kematian Rezza segera dituntaskan.Bahkan, Ketua Komnas Perlindungan Anak Seto Mulyadi memberikan perhatian khusus pada kasus Rezza. Seto, ketika menjenguk Rezz menyampaikan, persoalan kekerasan pada anak merupakan fenomena gunung es. Banyak keluarga korban atau saksi tidak berani mengungkapkan kebenaran yang terjadi.’’Untuk saksi-saksi di bawah umur, kami akan lakukan pendampingan. Bagaimanapun psikologis mereka harus tetap dijaga,’’ kata dia. (gun/bhn/abd) |
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar