Selasa, 03/7/2012
Tidak saja warga di lingkungannya, namun orang di luar Dusun Jelok
juga menilai Sugiman sebagai sosok yang rela berkorban demi kebahagiaan
anak. Aminuddin Aziz, Koordinator Lembaga Kajian dan Studi Sosial
(LKdS) Gunungkidul menjadi salah satu orang yang mengetahui kehidupan
Sugiman.
Sejak tahun 1990-an Aziz memberikan pendampingan kepada warga Dusun
Jelok, Desa Beji, Patuk, cukup tahu kondisi Sugiman. Menurutnya Mbah
Giman adalah tipe petani yang sederhana yang lebih memilih hidup nrima
untuk membahagiakan anak-anaknya. “Yang dia sisakan tinggal rumah yang
dia tempati sekarang, hartanya diberikan kepada anak. Rumah tersebut
merupakan rumah kenangan dia bersama istrinya,” ujar Aziz yang berasal
dari Siraman, Wonosari Gunungkidul itu.
Ia menyadari jika Mbah Giman saat ini tinggal di rumah yang tak layak
huni dan sebenarnya bukan sepenuhnya sebagai bentuk potret kemiskinan.
Tetapi lebih secara psikologi orangtua yang memang layak dicontoh orang
lain karena memang prinsip yang tidak egois.
“Biarlah Mbah Giman hidup dengan ukuran yang dia miliki, hanya kami
perlu memberikan pendampingan agar rumah dan lingkungan yang dia tempati
menjadi layak huni,” terangnya. (Sunartono) (JIBI)
http://www.koran-o.com/2012/lelakon/mbah-giman-bukan-potret-kemiskinan-22521
Tidak ada komentar:
Posting Komentar