Gunung Kidul, 31 Juli 2010 10:42
Kasus
bunuh diri di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada
2010 cenderung meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sehingga perlu
diambil langkah untuk mengatasinya.
"Pelaku bunuh diri di kabupaten ini didominasi kalangan petani.
Penyebabnya faktor ekonomi dan menderita penyakit yang tak kunjung
sembuh," kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Gunung
Kidul AKP M. Qori Oktohandoko di Wonosari, Sabtu (31/7).
Menurut dia, kasus bunuh diri di kabupaten ini pada Januari-Juli 2010
tercatat 17 kasus, sedangkan pada 2009 tercatat 29 kasus. Kemungkinan
kasus bunuh diri di Gunung Kidul pada 2010 bakal bertambah karena tren
kasus ini cenderung meningkat setiap tahun.
Kasus bunuh diri terakhir pada 30 Juli 2010 menimpa petani warga
Plembengan Kidul, Candirejo, Semanu bernama, Wonokromo (90), yang
ditemukan keluarganya menggantung diri di tempat penyimpanan kayu bakar
yang digunakan untuk memasak.
"Keluarga korban mengira Wonokromo pergi ke ladang, tetapi ketika salah
satu keluarganya mau mengambil kayu untuk memasak pada Jumat (30/7)
pukul 11.00 WIB menemukan Wonokromo sudah tergantung dengan seutas
tali," katanya.
Setelah tim medis Puskesmas Semanu dan polisi melakukan pemeriksaan
tidak ditemukan adanya tanda-tanda penganiayaan dan kasus ini bunuh diri
murni, katanya.
Direktur Lembaga Kajian dan Pendidikan Sosial Yogyakarta Aminuddin Azis
mengatakan fenomena bunuh diri di Gunung Kidul merupakan akibat adanya
krisis konsep hidup.
"Pelaku bunuh diri memiliki krisis konsep hidup sehingga ketika ada
permasalahan yang menurut mereka tidak mampu diselesaikan kemudian
memilih mengakhiri hidupnya. Mereka bunuh diri bukan karena mau lari
dari tanggung jawab melainkan karena tidak mau membebani keluarganya,"
katanya.
Menurut dia, penanaman konsep hidup harus diberikan sejak dini sehingga
ketika masih muda tidak mudah terbawa dinamika global kemudian lupa jati
diri sehingga setelah memasuki usia senja mereka mampu menunggu sampai
ajal menjemput meskipun dalam kondisi serba sulit.
"Kalangan orang lanjut usia berisiko bunuh diri yang kebanyakan tidak
bersekolah saat masa penjajahan kini perlu didata dan dilibatkan dalam
kegiatan pelayanan terpadu lanjut usia yang sudah ada di setiap desa
agar mereka tidak merasa kesepian," katanya. [TMA, Ant]
http://arsip.gatra.com/2010-08-02/artikel.php?id=140236
Tidak ada komentar:
Posting Komentar