Foto: Pribadi (Fb Aziz Desa Wisata Jelok) |
Tribun Jogja - Jumat, 28 September 2012 18:02 WIB
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Kebersamaan dalam perbedaan
(pluralitas), itulah hal yang disajikan dalam peringatan 1000 hari wafatnya
tokoh bangsa, Abdurahman Wahid di desa wisata Jelok, Beji, Patuk, Gunungkidul,
Kamis (27/9/2012) malam.
Sekitar seribuan obor yang dinyalakan oleh peserta dan
pemuka agama dari berbagai agama nampak menerangi kegelapan malam di kampung
nusantara. Para peserta berjalan dari jembatan Jelok menuju ke desa wisata dengan
obor yang menyala.
Mengusung tema “1000
Lentera Cinta Buat Sang Guru Bangsa” terasa lengkap dengan suguhan kebersamaan
yang ditampilkan para pemuda dari Forum Lintas Iman (FLI) Gunungkidul, Lembaga
Budaya dan Seni (Lesbumi), dan Komunitas Belajar Kampoeng Nusantara. Kebersamaan itu diwujudkan dalam atraksi
seni, orasi budaya, dan juga kegiatan kesenian.
Bahkan dalam acara tersebut, terdapat doa bersama untuk Gus
Dur yang dipimpin oleh lima pemuka agama. Mereka bergantian mendoakan wafatnya
sang presiden ke empat RI tersebut. Terdapat lima pemuka agama yang hadir dalam
kesempatan tersebut yaitu Pendeta Pujo Priyatmo (Kristen), Haji Mustangit (Islam),
Khoirun (Islam), Pastur Lukas Hari P (Katolik), Pinandita Podho Winarno (Hindu)
dan Bante Badrapala (Budha).
“Acara ini kami kemas dengan mengajak semua pemuka agama
untuk berdoa bersama. Seperti teladan Gus dur yang sangat mencintai pluralitas,”
jelas koordinator Forum Lintas Iman, Aminudin Azis kepada Tribun Jogja.
Menurutnya, acara tersebut bertujuan untuk menggugah pemuda
dan masyarkat agar senantiasa mencintai kehidupan berpluralitas dalam hidup
bersama dan berbangsa. “Kami berupaya kembali untuk menyemai nilai-nilai itu
dengan bentuk orasi budaya dan doa bersama,” lanjutnya.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar