04/12/14

Sinta Nuriyah : Pemimpin Bangsa Mutlak Mengedepankan Kebhinekaan



Screen Shot 2014-07-07 at 9.47.51 PM
Sinta Nuriyah membubuhkan tanda tangan di atas kain kafan di halaman Gereja Kristen Jawa (GKJ) Logandeng, Playen, Gunung Kidul (6 Juli 2014) Foto : Suara Pembaruan
Satu Islam, Jakarta – Bangsa Indonesia membutuhkan sosok pemimpin yang merakyat, jujur, adil dan menghargai martabat manusia serta menjaga pluralisme termasuk menghargai Hak Asasi Manusia.
Karena itu, Sinta Nuriyah, istri presiden keempat almarhum Abdurrahman Wahid (Gus Dur) meminta agar presiden terpilih mendatang, harus benar-benar mengedepankan kebinekaan dalam menentukan semua kebijakan di negeri ini.
Hal itu disampaikan Sinta Nuriyah di hadapan umat persaudaraan lintas agama dan penganut kepercayaan yang tergabung dalam Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika (ANBTI) dan Forum Lintas Iman (FLI) di halaman Gereja Kristen Jawa (GKJ) Logandeng Playen, Gunungkidul Minggu 6 Juli 2014.
“Bhinneka Tunggal Ika sudah mutlak dan tidak bisa diubah, kepada siapa pun calon presiden yang akan terpilih pada Pilpres 9 Juli nanti, harus taat,” katanya. Pesan moral Bhinneka Tunggal Ika melalui aksi tanda tangan dan cap telapak tangan di atas kain kafan sepanjang lima meter ditujukan kepada capres terpilih agar semboyan negara dapat dijaga dan diterapkan para pemimpin bangsa.
Sinta Wahid juga mengungkapkan kegelisahannya, bahwasannya hubungan persaudaraan antar umat beragama di sejumlah daerah sedang terkoyak oleh fanatisme yang tidak berdasar.
“Fanatisme dilakukan sekelompok orang atau golongan yang cukup mengganggu nilai dan tatanan kerukunan lintas agama di masyarakat yang sudah tertanam baik. Para pemimpin harus bisa menjaga dan mempertahankan semua ini,” ujarnya.
Sinta menambahkan kekuatan kerukunan agama di Tanah Air harus terus ditumbuhkan dan harus menjadi pondasi dan kekuatan bangsa, bukan malah tercabik-cabik oleh bangsa sendiri.
Seusai memberikan sambutan singkat, Shinta mengawali tanda tangan di atas kain kafan bertuliskan “Kami Titip Bhinneka Tunggal Ika” diikuti dengan cap telapak tangan kanan diikuti keluarga Gusdur, pendeta GKJ Logandeng Yogantoro Prasetyawan, Pendeta Cristiyono, Romo Lukas Heru Purnawan MSF, Samanera Rahayu, Pinandite Sulistya, dan Aminuddin Aziz mewakili umat Nahdlatul Ulama (NU) Gunungkidul.
Ke Istana Negara Puluhan umat lintas agama lainnya juga membubuhkan tanda tangan dan cap telapak tangan di kafan yang rencananya akan dibentangkan di istana negara seusai pelaksanaan Pilpres nanti.
Pendeta GKJ Logandeng Yogantoro Prasetyawan yang mewakili umat Kristen dan Forum Lintas Iman (FLI) Gunungkidul mengungkapkan bahwa Sinta Wahid adalah salah satu penerus pejuang pluralisme Gusdur berkenan hadir di tengah-tengah kaum minoritas di Gunungkidul.
Menurut Yogantoro yang juga aktivis FLI, Gunungkidul menjadi salah satu kabupaten di DIY yang patut menjadi perhatian semua pihak termasuk pemerintah atas kasus kasus intoleransi selama ini datang dari kelompok tertentu yang tidak memahami penting menjaga kemajemukan masyarakat.
Sebelumnya, istri Gus Dur menggelar sahur bersama lintas agama dan santri pondok pesantren Darul Quran Ledoksari, Kepek, Wonosari. Di acara sahur bersama menu ma kanan tradisional, Shinta juga mengajak para santri untuk meningkatkan ibadah puasa di bulan Ramadan.
Ratusan santri ponpes pimpinan kiai Kharis Masjuki, Sinta mengingatkan bangsa akan mudah hancur manakala nilai-nilai kerukunan lintas agama tidak dijaga dengan baik.
Koordinator Aliansi Bhineka Tunggal Ika (ANBTI) Dwi Rusjiyati Agnes, SPd mengatakan, sahur keliling Ibu Sinta Nuraiyah di sejumlah provinsi di Indonesia menjadi agenda rutin di bulan Ramadan.
“Kegiatan rutin ini memberikan perhatian khusus bagi masyarakat marginal, kaum miskin, anak yatim piatu dan masyarakat telantar yang tidak mendapatkan perhatian pemerintah,” pungkas Agnes pegiat pluralisme DIY

http://www.satuislam.org/nasional/sinta-nuriyah-pemimpin-bangsa-mutlak-mengedepankan-kebhinekaan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar