Tribun Jogja/ Hari Susmayanti
Peserta
aksi keprihatinan praktik money politic membawa boneka pocong sebagai
lambang Gunungkidul dalam siaga I jelang pemilu, Jumat (4/4/2014).
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Puluhan aktivis
Forum Lintas Iman (FLI) Gunungkidul menggelar aksi keprihatinan menolak
praktek money politic dalam pemilihan umum (pemilu) legislatif di
Bundaran BRI Wonosari, Jumat (4/4/2014). Peserta aksi membawa alat musik tradisional berupa kentongan dan
boneka pocong yang menyimbolkan status Gunungkidul siaga I terhadap
politik uang. Lebih dari 90 persen caleg yang akan memperebutkan kursi
DPRD Kabupaten Gunungkidul menjalankan politik transaksional.
Usai berorasi, koordinator aksi, Aminudin Aziz langsung meminta
seluruh peserta untuk membunyikan kentongan yang sudah dibawa secara
terus menerus atau titir. Tabuh kentongan titir ini sebagai tanda kalau
Gunungkidul dalam kondisi bahaya politik uang.
Koordinator aksi, Aminudin Aziz mengatakan saat ini kondisi
Gunungkidul sedang kritis, politik uang sudah merasuk ke seluruh
kalangan hingga pelosok-pelosok desa. Politik uang sudah mengebiri
demokasi di Gunungkidul. Untuk itu seluruh elemen masyarakat harus
bersikap tegas untuk menolak politik uang supaya wakil-wakil rakyat yang
terpilih nanti benar-benar orang yang memihak kepada masyarakat.
“Kami sudah terjunkan ratusan relawan ke desa-desa. Hasilnya, lebih
dari 90 persen caleg melakukan politik transaksional,”katanya saat
berorasi di depan puluhan anggota FLI.
Melalui aksi keprihatinan ini, kata Aziz, pihaknya ingin memberikan
pendidikan politik kepada seluruh warga masyarakat untuk tidak
terjerumus dalam politik uang yang dilakukan oleh para caleg. Masa depan
Gunungkidul jangan sampai digadaikan dengan uang yang diberikan oleh
para caleg.
“Kami mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menolak politik uang.
Kami menyimbolkan kentong titir ini sebagai tanda bahaya terhadap
politik uang. Kami minta seluruh warga yang mendukung aksi ini untuk
membunyikan ketongan saat pencoblosan,”ujarnya.
Sementara itu, Ketua Ikatan Mahasiswa Gunungkidul yang turut
menyampaikan orasi, Bambang Ervan Darmanto mengatakan pihaknya mengutuk
keras praktek politik uang. Praktek tersebut merupakan bentuk pembodohan
terhadap masyarakat sehingga harus ditindak tegas.
“Jangan memilih caleg yang memberikan uang. Gunungkidul butuh
calon-calon wakil rakyat yang mengerti kondisi rakyat dan terbebas dari
politik uang,”ucapnya.
Ervan berharap, warga yang masih peduli dengan Gunungkidul untuk
berani melaporkan praktek-praktek politik yang ada di dalam masyarakat.
Caleg-caleg yang melakukan praktek politik uang harus ditindak tegas
karena mereka telah melanggar aturan.
Di tempat terpisah, anggota Panitia Pengawas Pemilu
(Panwaslu) Gunungkidul, Budi Haryanto mengaku pihaknya kesulitan untuk
memproses praktik politik uang yang dilaksanakan oleh para caleg.
Minimnya saksi menjadi penyebab laporan politik uang sulit diproses
secara hukum.
“Laporan dugaan money politic seringkali tidak diikuti dengan alat
bukti. Seperti dugaan money politic yang dilakukan oleh Budi Setyagraha
yang diduga membagi-bagikan uang sebesar Rp 25 ribu. Setelah
ditindaklanjuti, warga tidak ada yang mau bersaksi,” jelasnya.(has)
http://jogja.tribunnews.com/2014/04/04/puluhan-aktivis-tolak-money-politic-di-gunungkidul/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar