17/04/14

Puluhan Aktivis Tolak Money Politic di Gunungkidul

Puluhan Aktivis Tolak Money Politic di Gunungkidul
Tribun Jogja/ Hari Susmayanti
Peserta aksi keprihatinan praktik money politic membawa boneka pocong sebagai lambang Gunungkidul dalam siaga I jelang pemilu, Jumat (4/4/2014).  

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Puluhan aktivis Forum Lintas Iman (FLI) Gunungkidul menggelar aksi keprihatinan menolak praktek money politic dalam pemilihan umum (pemilu) legislatif di Bundaran BRI Wonosari, Jumat (4/4/2014). Peserta aksi membawa alat musik tradisional berupa kentongan dan boneka pocong yang menyimbolkan status Gunungkidul siaga I terhadap politik uang. Lebih dari 90 persen caleg yang akan memperebutkan kursi DPRD Kabupaten Gunungkidul menjalankan politik transaksional.
Usai berorasi, koordinator aksi, Aminudin Aziz langsung meminta seluruh peserta untuk membunyikan kentongan yang sudah dibawa secara terus menerus atau titir. Tabuh kentongan titir ini sebagai tanda kalau Gunungkidul dalam kondisi bahaya politik uang.
Koordinator aksi, Aminudin Aziz mengatakan saat ini kondisi Gunungkidul sedang kritis, politik uang sudah merasuk ke seluruh kalangan hingga pelosok-pelosok desa. Politik uang sudah mengebiri demokasi di Gunungkidul. Untuk itu seluruh elemen masyarakat harus bersikap tegas untuk menolak politik uang supaya wakil-wakil rakyat yang terpilih nanti benar-benar orang yang memihak kepada masyarakat.
“Kami sudah terjunkan ratusan relawan ke desa-desa. Hasilnya, lebih dari 90 persen caleg melakukan politik transaksional,”katanya saat berorasi di depan puluhan anggota FLI.
Melalui aksi keprihatinan ini, kata Aziz, pihaknya ingin memberikan pendidikan politik kepada seluruh warga masyarakat untuk tidak terjerumus dalam politik uang yang dilakukan oleh para caleg. Masa depan Gunungkidul jangan sampai digadaikan dengan uang yang diberikan oleh para caleg.
“Kami mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menolak politik uang. Kami menyimbolkan kentong titir ini sebagai tanda bahaya terhadap politik uang. Kami minta seluruh warga yang mendukung aksi ini untuk membunyikan ketongan saat pencoblosan,”ujarnya.
Sementara itu, Ketua Ikatan Mahasiswa Gunungkidul yang turut menyampaikan orasi, Bambang Ervan Darmanto mengatakan pihaknya mengutuk keras praktek politik uang. Praktek tersebut merupakan bentuk pembodohan terhadap masyarakat sehingga harus ditindak tegas.
“Jangan memilih caleg yang memberikan uang. Gunungkidul butuh calon-calon wakil rakyat yang mengerti kondisi rakyat dan terbebas dari politik uang,”ucapnya.
Ervan berharap, warga yang masih peduli dengan Gunungkidul untuk berani melaporkan praktek-praktek politik yang ada di dalam masyarakat. Caleg-caleg yang melakukan praktek politik uang harus ditindak tegas karena mereka telah melanggar aturan.
Di tempat terpisah, anggota Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Gunungkidul, Budi Haryanto mengaku pihaknya kesulitan untuk memproses praktik politik uang yang dilaksanakan oleh para caleg. Minimnya saksi menjadi penyebab laporan politik uang sulit diproses secara hukum.
“Laporan dugaan money politic seringkali tidak diikuti dengan alat bukti. Seperti dugaan money politic yang dilakukan oleh Budi Setyagraha yang diduga membagi-bagikan uang sebesar Rp 25 ribu. Setelah ditindaklanjuti, warga tidak ada yang mau bersaksi,” jelasnya.(has)

http://jogja.tribunnews.com/2014/04/04/puluhan-aktivis-tolak-money-politic-di-gunungkidul/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar