Karena
itu, Sinta Nuriyah, istri presiden keempat almarhum Abdurrahman Wahid
(Gus Dur) meminta agar presiden terpilih mendatang, harus benar-benar
mengedepankan kebinekaan dalam menentukan semua kebijakan di negeri ini.
Hal
itu disampaikan Sinta Nuriyah di hadapan umat persaudaraan lintas agama
dan penganut kepercayaan yang tergabung dalam Aliansi Nasional Bhinneka
Tunggal Ika (ANBTI) dan Forum Lintas Iman (FLI) di halaman Gereja
Kristen Jawa (GKJ) Logandeng Playen, Gunungkidul Minggu 6 Juli 2014.
“Bhinneka
Tunggal Ika sudah mutlak dan tidak bisa diubah, kepada siapa pun calon
presiden yang akan terpilih pada Pilpres 9 Juli nanti, harus taat,”
katanya. Pesan moral Bhinneka Tunggal Ika melalui aksi tanda tangan dan
cap telapak tangan di atas kain kafan sepanjang lima meter ditujukan
kepada capres terpilih agar semboyan negara dapat dijaga dan diterapkan
para pemimpin bangsa.
Sinta
Wahid juga mengungkapkan kegelisahannya, bahwasannya hubungan
persaudaraan antar umat beragama di sejumlah daerah sedang terkoyak oleh
fanatisme yang tidak berdasar.
“Fanatisme
dilakukan sekelompok orang atau golongan yang cukup mengganggu nilai
dan tatanan kerukunan lintas agama di masyarakat yang sudah tertanam
baik. Para pemimpin harus bisa menjaga dan mempertahankan semua ini,”
ujarnya.
Sinta
menambahkan kekuatan kerukunan agama di Tanah Air harus terus
ditumbuhkan dan harus menjadi pondasi dan kekuatan bangsa, bukan malah
tercabik-cabik oleh bangsa sendiri.
Seusai
memberikan sambutan singkat, Shinta mengawali tanda tangan di atas kain
kafan bertuliskan “Kami Titip Bhinneka Tunggal Ika” diikuti dengan cap
telapak tangan kanan diikuti keluarga Gusdur, pendeta GKJ Logandeng
Yogantoro Prasetyawan, Pendeta Cristiyono, Romo Lukas Heru Purnawan MSF,
Samanera Rahayu, Pinandite Sulistya, dan Aminuddin Aziz mewakili umat
Nahdlatul Ulama (NU) Gunungkidul.
Ke
Istana Negara Puluhan umat lintas agama lainnya juga membubuhkan tanda
tangan dan cap telapak tangan di kafan yang rencananya akan dibentangkan
di istana negara seusai pelaksanaan Pilpres nanti.
Pendeta
GKJ Logandeng Yogantoro Prasetyawan yang mewakili umat Kristen dan
Forum Lintas Iman (FLI) Gunungkidul mengungkapkan bahwa Sinta Wahid
adalah salah satu penerus pejuang pluralisme Gusdur berkenan hadir di
tengah-tengah kaum minoritas di Gunungkidul.
Menurut
Yogantoro yang juga aktivis FLI, Gunungkidul menjadi salah satu
kabupaten di DIY yang patut menjadi perhatian semua pihak termasuk
pemerintah atas kasus kasus intoleransi selama ini datang dari kelompok
tertentu yang tidak memahami penting menjaga kemajemukan masyarakat.
Sebelumnya,
istri Gus Dur menggelar sahur bersama lintas agama dan santri pondok
pesantren Darul Quran Ledoksari, Kepek, Wonosari. Di acara sahur bersama
menu ma kanan tradisional, Shinta juga mengajak para santri untuk
meningkatkan ibadah puasa di bulan Ramadan.
Ratusan
santri ponpes pimpinan kiai Kharis Masjuki, Sinta mengingatkan bangsa
akan mudah hancur manakala nilai-nilai kerukunan lintas agama tidak
dijaga dengan baik.
Koordinator
Aliansi Bhineka Tunggal Ika (ANBTI) Dwi Rusjiyati Agnes, SPd
mengatakan, sahur keliling Ibu Sinta Nuraiyah di sejumlah provinsi di
Indonesia menjadi agenda rutin di bulan Ramadan.
“Kegiatan
rutin ini memberikan perhatian khusus bagi masyarakat marginal, kaum
miskin, anak yatim piatu dan masyarakat telantar yang tidak mendapatkan
perhatian pemerintah,” pungkas Agnes pegiat pluralisme DIYhttp://www.satuislam.org/nasional/sinta-nuriyah-pemimpin-bangsa-mutlak-mengedepankan-kebhinekaan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar