20/05/14

Elemen Masyarakat Kembali Turun ke Jalan

Elemen Masyarakat Kembali Turun ke Jalan  
Deklarasi elemen masyarakat di depan Pasar Argosari
Wonosari,(sorotgunungkidul.com)--Sejumlah elemen masyarakat kembali beraksi di jalan dengan membawa bendera merah putih, Minggu (18/05/2014). Mereka menyuarakan deklarasi damai dari Gunungkidul untuk Indonesia di depan Pasar Argosari Wonosari.

Dalam deklarasi yang dimulai sekitar pukul 12.30 WIB tersebut seluruh perwakilan agama hadir untuk menyuarakan perdamaian demi kesatuan Negara Indonesia menyusul beberapa kejadian yang dianggap sebagai sebuah bentuk fanatisme.
Perwakilan dari NU, Forum Lintas Iman dan sejumlah elemen masyarakat lain hadir meramaikan deklarasi yang ditutup dengan pembacaan janji ini.

Mereka mengawali aksi dengan membawa puluhan bendera merah putih dari Bangsal Sewokoprojo menuju depan Pasar Argosari, tepatnya taman parkir. Diakhiri dengan pembacaan janji yang berisi peserta deklarasi akan menjaga persatuan dan menjadikan perbedaan bukan suatu pemisah.

Perwakilan Gerakan Pemuda Ansor, Aminudin Aziz mengatakan hendaknya tidak ada lagi kelompok masyarakat yang merusak Gunungkidul dengan fahamnya yang memaksakan. Ia menanamkan bahwa Indonesia terbentuk dari berbagai unsur agama dan keyakinan.

"Jangan sampai Gunungkidul diusik dengan orang-orang yang memaksakan faham organisasinya, kita harus bersatu untuk Indonesia," ucapnya saat orasi.


Puluhan Elemen Masyarakat Gunungkidul Gelar Deklarasi Perdamaian


WONOSARI, Kabarhandayani.-- Adanya kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok kaum minoritas yang mengatasnamakan agama membuat prihatin berbagai elemen masyarakat. Oleh karena itu, Forum Lintas Iman (FLI) Gunungkidul bersama organisasi kepemudaan, mahasiswa dan masyarakat Gunungkidul menggelar aksi damai di depan Pasar Argosari, Wonosari, Gunungkidul pada Minggu (18/5/2014). 
Aminudin Aziz selaku koordinator FLI menyampaikan, aksi tersebut diikuti oleh sekitar 150 orang yang terdiri dari anggota FLI Gunungkidul, pemuda dari berbagai organisasi kepemudaan Gunungkidul, berbagai organisasi masyarakat dan agama serta warga masyarakat Gunungkidul.
 
Aziz menjelaskan deklarasi ini merupakan bentuk aksi damai lintas agama dan kultural dengan membawa bendera merah putih sebagai simbol cinta tanah air yang dilandasi sikap toleransi terhadap keberagaman dan pembacaan Deklarasi Masyarakat Gunungkidul untuk Perdamaian Indonesia secara serentak yang dipimpin oleh masing-masing perwakilan agama.
 
Isi deklarasi tersebut adalah menjunjung tinggi serta menjadi garda terdepan dalam menjaga NKRI, Pancasila dan UUD 1945, menerima kenyataan perbedaan di tengah masyarakat yang pluralis sebagai rahmat kebangsaan yang harus dijaga dan dipertahankan, menolak segala bentuk klaim kebenaran oleh salah satu golongan, untuk menyalahgunakan dan menindas golongan lain.
 
“Ini juga menjelang Pilpres 2014 sedangkan jika masih saja terjadi kekerasan yang mengatasnamakan agama maka menjadikan demokrasi di negeri ini berjalan tidak kondusif,” jelasnya.
 
Christiono Riyadi, selaku Pendeta GKJ Kemadang dalam sambutannya menyampaikan, seharusnya antar agama dapat saling bergandengan tangan dan merapatkan barisan untuk tidak menggunakan kekerasan dan menjadikan NKRI sebagai harga mati. “Mari kita membangun Indonesia dalam kebersamaan dengan melupakan fanatisme sempit, jangan sampai terprovokasi dengan sekelompok minoritas yang mengikis rasa persatuan kita,” ujarnya. (Mutiya)
 

06/05/14

Pernyataan Sikap Kasus Kekerasan Atas Nama Agama Terhadap Aktifis Forum Lintas Iman Gunung Kidul


Indonesia “Negara Hukum?”

Di tengah kebanggaan sebagai negara paling demokratis ke tiga di dunia, negara ini justru dicederai oleh realitas miris dari terjadinya berbagai kasus kekerasan atas nama agama di Indonesia. Hal ini juga mengingatkan kita pada sang Presiden yang telah mendapat penghargaan sebagai tokoh yang berhasil memelihara perdamaian bersama, meningkatkan hak asasi manusia, kebebasan beragama, dan kerja sama antar agama.
Untuk kesekian kalinya kita mendengar adanya segerombolan orang yang mengatasnamakan agama melakukan kekerasan terhadap orang lain. Peristiwa yang menimpa salah seorang aktivis Forum Lintas Iman bernama Aminuddin Azis yang terjadi di Gunung Kidul pada hari Jum’at (02/05/2014) berawal dari beringasnya sebuah Ormas yang menamakan diri sebagai FJI (Front Jihad Islam) yang merasa tidak suka terhadap statemen korban di sebuah media online Gunung Kidul. Pengrusakan mobil dan caci maki terhadap korban terjadi di salah satu perempatan di Gunung Kidul tak jauh dari Gedung DPRD Gunung Kidul.
Peristiwa di atas menurut kami merupakan gambaran gamblang bahwa demokrasi, kebebasan berpendapat dan Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan kita sedang berada dalam ancaman serius. Indonesia yang sering kita sebut sebagai negara hukum, kenyataannya tidak sepenuhnya bisa kita rasakan. Hal ini tentu merupakan akibat dari lemahnya penegakan hukum oleh aparat penegak hukum itu sendiri. Penegakan hukum dan pelanggaran hukum merupakan variabel yang berkorelasi negatif, penegakan hukum yang lemah tentu akan berakibat pada menguatnya pelanggaran hukum itu sendiri. Di titik ini kita akan dihadapkan dengan pertanyaan tentang keseriusan penegak hukum dalam menjalankan amanat undang-undang. Ironisnya peristiwa brutalnya ormas yang mengatasnamakan Islam tersebut justru terjadi tidak jauh dari gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Gunung Kidul. Hal ini menunjukkan betapa pelaku sudah secara tegas dan terang-terangan mengebiri tatanan hukum dan kehidupan bernegara kita. Pihak kepolisian dengan segala fasilitas dan kehormatannya seolah gagap dengan peristiwa peristiwa kekerasan semacam ini, hal ini terbukti dari rendahnya responsifitas kepolisian dalam mengungkap dan menangkap pelaku kekerasan tersebut. Sebut saja kasus penyerangan kantor Yayasan LKiS pada tahun 2012, kasus penyerangan terhadap jamaat Ahmadiyah di SMA Piri, intimidasi dan rencana penyerangan terhadap Rausyan Fikr dan masih banyak lagi kasus-kasus kekerasan atas nama agama yang hingga hari ini progress hukumnya tidak jelas.
Dari uraian di atas maka kami, berpendapat bahwa:
1. Kehidupan demokrasi, kebebasan berpendapat, kebebasan berkeyakinan dan beragama kita sudah dalam kondisi memperihatinkan
2. Aparat penegak hukum tidak cukup serius dalam menjaga harmoni kehidupan beragama di Indonesia, sehingga melahirkan keresahan di masyarakat
3. Realitasnya negara kita sebagai negara hukum justru melakukan pembiaran terhadap pelanggaran hukum atas nama agama
Maka dari itu kami menyatakan sikap sebagai berikut:
1. Meminta pihak penegak hukum untuk bertindak tegas terhadap pelaku kekerasan atas nama agama yang menimpa aktifis Forum Lintas Iman (02/05/2014) sesuai dengan aturan hukum yang berlaku
2. Meminta kepada pemerintah daerah Gunung Kidul, aparat penegak hukum dan semua instansi terkait untuk memberi perhatian khusus terhadap kasus FJI dan aktivis Forum Lintas Iman Gunung Kidul.
3. Meminta kepada semua intstansi pemerintah untuk tegas melaksakan amanat undang-undang pasal 29 Ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing untuk beribadat.
4. Mengajak dan menyerukan kepada seluruh elemen masyarakat sipil untuk melakukan advokasi penegakan hukum atas kasus-kasus kekerasan atas nama agama dan melakukan pendidikan kritis kepada masyarakat agar tidak terjebak ke dalam pemahaman keagamaan yang keliru.

Yogyakarta, 05 Mei 2014

http://www.lkis.or.id/blog2/?p=687

Forum Lintas Iman Sayangkan Tindakan FJI


Forum Lintas Iman Sayangkan Tindakan FJI  
Aminudin Azis

Wonosari,(sorotgunungkidul.com)--Ketua Forum Lintas Iman (FLI) Gunungkidul, Aminudin Aziz menyayangkan tindakan Front Jihad Islam (FJI) yang melakukan penyegelan tempat ibadah dan meminta kembali 8 orang muslim yang akan menganut ajaran nasrani. Menurutnya, FJI bisa berkoordinasi dengan pihak kepolisian dan forum lain dalam melakukan suatu tindakan.
“Kalau itu sudah masuk ranah hukum silakan lapor ke penegak hukum. Karena ini negara hukum, jangan berjalan sendiri. Kita pantau bersama-sama. Kita dorong penegak hukum untuk menegakkan demokrasi. Jangan bertindak sendiri. Jujur kita menyayangkan apa yang dilakukan FJI,” katanya, Senin (07/04/2014).
Aziz menambahkan, sebelumnya untuk masalah pembangunan tempat ibadah, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dengan Pemda Gunungkidul sudah mempunyai kesepakatan, kalau tempat ibadah yang sudah lama berdiri sebelum Surat Keputusan Bersama (SKB) III menteri, masalah perijinan bukan jadi hal yang prinsip untuk dibicarakan karena sebenarnya banyak tempat ibadah muslim sekalipun yang tidak ada ijinnya.
“Kalau mau memperlakukan seperti itu, perlakukan ke semuanya,” ujarnya.
Kaitannya dengan mempengaruhi umat untuk memeluk agama tertentu, apabila dilakukan dengan paksa diatur dalam UU tidak boleh. Menurut Azis, kepercayaan atau agama yang dianut biarlah berasal dari hati nurani masing-masing.
“Orang yang melakukan proses pindah agama harusnya ada surat pernyataan. Hak asasi mereka to? Kalau dengan paksaan itu baru nggak boleh,” pungkasnya.

03/05/14

Kapolres Gunungkidul : Perayaan Paskah di Paliyan Tetap Dilaksanakan

Kapolres Gunungkidul : Perayaan Paskah di Paliyan Tetap Dilaksanakan
Tribun Jogja/ Hari Susmayanti
Aktifis FLI, AZM (kaos cokelat) berusaha menangkis anggota ormas yang hendak memukulnya saat di Mapolres Gunungkidul, Jumat(2/5).

Laporan Reporter Tribun Jogja, Hari Susmayanti TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Terkait dengan pelaksanaan peringatan Paskah yang rencananya digelar di Puslatpur Paliyan sudah mendapat rekomendasi dari Kapolres Gunungkidul. Sehingga perayaan Paskah tersebut bisa tetap dilaksanakan. Pasalnya, seperti yang diberitakan sebelumnya rencana perayaan Paskah se-Jawa Bali yang akan di gelar di Gunungkidul mendapatkan penolakan dari salah satu ormas Islam di Yogyakarta, Jumat (2/5/2014) siang. Dimana ada salah satu ormas islam memasang spanduk yang berisi penolakan perayaan Paskah yang melibatkan umat islam di sejumlah lokasi di Gunungkidul. Kapolres Gunungkidul, AKBP Faried Zulkarnaen mengatakan perayaan Paskah tersebut akan tetap dilaksanakan sepanjang tidak menyalahi aturan termasuk perizinannya.  “Sudah mengajukan izin. Tapi bukan kita yang mengeluarkan izin, itu sifatnya nasional sehingga izin yang mengeluarkan Mabes Polri. Kita hanya memberikan rekomendasi saja,”ujarnya. Kepada masyarakat, Faried meminta untuk tidak mudah terprovokasi dengan isu yang menyesatkan. Masyarakat harus bisa menjaga kondusifitas masyarakat supaya tetap aman, tertib. ”Kami minta semuanya tidak mudah terprovokasi,” ujarnya. Penolakan itu juga sempat menimbulkan insiden, dimana terjadi perusakan mobil. Insiden bermula saat aktifis FLI, AZM (37) melintas di Jalan Veteran Wonosari. Sesampai di lampu merah Pemda Gunungkidul, kendaraan VW Kodok yang dikendarai Azm berhenti karena lampu traffig light menyala merah.

Tiba-tiba, beberapa anggota ormas yang sedang memasang spanduk langsung menghampiri mobil AZM. Saat itu beberapa anggota ormas menanyakan apakah korban anggota FLI atau tidak. Tanpa ada yang mengomandoi, beberapa anggota ormas langsung naik ke atas kap mobil milik AZM dan menginjak-injaknya hingga penyok. Tak puas dengan aksi itu, anggota ormas juga sempat berusaha merebut kacamata hitam yang dipakai oleh AZM. Akibatnya, pelipis matanya mengalami luka lecet terkena tangan salah satu anggota ormas. “Saya lewat dan tiba-tiba ada orang datang dan menghujat saja. Beberapa orang naik ke kap mesin sambil menginjaknya,”ucap AZM saat ditemui di Mapolres Gunungkidul, Jumat sore. Tak lama setelah insiden di trafig light, lampu hijau menyala sehingga kesempatan tersebut digunakan oleh AZM untuk melarikan diri. Dia kemudian langsung menuju ke Mapolres Gunungkidul untuk melaporkan peristiwa yang baru saja dialaminya ke SPK. Belum sempat melaporkan, rombongan ormas yang mengendarai mobil menyusul ke Mapolres. Belasan anggota ormas kemudian langsung turun dari mobil dan menghampiri AZM yang sedang menunjukkan kerusakan mobilnya kepada para wartawan. Beberapa anggota ormas kemudian berusaha memukul AZM. Beberapa petugas kepolisian kemudian langsung memisahkan AZM dari rombongan FJI dan membawanya ke dalam ruang SPK.
Tak lama setelah diamankan di ruang SPK, beberapa anggota ormas ikut masuk. Di dalam ruangan, petugas piket SPK Polres Gunungkidul malah mengkonfrontir anggota ormas dan AZM. Bahkan sempat melibatkan wartawan yang ikut meliput kejadian tersebut. Beruntung aksi konfrontir tersebut tidak berlangsung lama dan anggota ormas langsung meninggalkan Mapolres Gunungkidul. Salah satu anggota ormas, Abdurahman mengungkapkan, komentar AZM dalam media online dan jejaring sosial berisi kalimat profokatif. Untuk itu pihaknya ingin meminta klarifikasi dari yang bersangkutan. “Kami minta klarifikasi, maksudnya apa,” ucapnya. (Tribunjogja.com)

 http://jogja.tribunnews.com/2014/05/02/kapolres-gunungkidul-perayaan-paskah-di-paliyan-tetap-dilaksanakan/

Anggota Diserang Ormas Islam, FLI Gelar Aksi Damai

 DSC_6540

Gunungkidulpost.com - Wonosari – Forum Lintas Iman (FLI) Gunungkidul menggelar aksi damai di depan kantor DPRD Gunungkidul, Sabtu (3/5/2015).
Ketua Lakesdam NU cabang Gunungkidul Muhammaf Thontowi mengatakan, aksi yang dilakukan ini menindaklanjuti adanya bentuk kekerasan yang dilakukan ormas keagamaan terhadap anggota FLI Amz (37), Jum’at (2/5/2014) kemarin.
“Masyarakat Gunungkidul terusik dengan insiden pengerusakan mobil koordinator FLI (Amz). Perbuatan itu (kekerasan) merusak tatanan kehidupan kerukunan lintas umat beragama,” kata Thontowi dalam orasinya.
Dalam aksi ini diikuti berbagai elemen antaralain Jaringan Pluralisme Gunungkidul, Kaum Muda Katolik Gunungkidul, Gerakan Muda Kristen, Parisadha Hindu Darma, Peradah Budha, GP Anshor, Banser NU, Tokoh Lintas Agama Gunungkidul, Karag. Untuk diketahui sebelumnya, mobil Amz dirusak  kelompok ormas islam saat melintas di depan kantor DPRD Gunungkidul kemarin sore. (Tama)


Berbagai Elemen Masyarakat Kecam Oknum Ormas Islam


Berbagai Elemen Masyarakat Kecam Oknum Ormas Islam  
Aksi di depan gedung DPRD Gunungkidul

Wonosari,(sorotgunungkidul.com)--Sejumlah elemen masyarakat menggelar aksi damai dengan tema "Mengutuk Kekerasan Berbasis Agama" di depan Alun-alun Pemkab Gunungkidul, Sabtu (03/05/2014). Aksi tersebut merupakan buntut kejadian pengrusakan mobil dan intimidasi terhadap Koordinator Forum Lintas Iman (FLI), AA yang dilakukan oknum dari ormas Islam kemarin sore.

Elemen masyarakat dalam aksi ini meliputi Jaringan Pluralisme Gunungkidul, Kaum Muda Katholik Gunungkidul, Gerakan Muda Kristen RI (Gamki), Parisadha Hindhu Dharma, Paradha Budha, GP Ansor, Banser NU, IPPNU, Mahasiswa Gunungkidul, Tokoh lintas Agama Gunungkidul, Paguyuban Wartawan, Karag, Mahasiswa, Tokoh Agama, Gerakan Setia Nusantara (GSN) DIY dan PCNU Gunungkidul.

Pada aksi damai tersebut, mereka menuntut agar pihak kepolisian menangkap pelaku pengrusakan mobil koordinator FLI Gunungkidul juga meminta agar bupati dan wakil bupati Gunungkidul tak tinggal diam atas tindakan yang dianggap meresahkan kerukunan lintas agama tersebut.

"Hak kebebasan beragama juga dijamin dalam pasal 29 Ayat (2) UUD 1945 menyatakan Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing untuk beribadat. Hal yang terjadi kemarin sudah jelas melanggar hukum, jadi kami minta pihak kepolisian bertindak tegas," ucap Rino Caroko salah satu koordinator LSM di Gunungkidul.

Salah Satu Ormas Islam Rusak Mobil Aktivis FLI

Salah Satu Ormas Islam Rusak Mobil Aktivis FLI  
Mobil korban penyok
Wonosari,(sorotgunungkidul.com)--Mobil milik seorang aktivis Forum Lintas Iman (FLI) dirusak sekelompok Ormas Islam saat berhenti di lampu merah depan Gedung DPRD Gunungkidul, Jumat (02/05/2014). Kronologi berawal  saat Az (37) pemilik mobil warna orange melintas dan berhenti saat lampu menyala merah.
Di waktu yang bersamaan segerombolan Ormas Islam sedang memasang spanduk. Tetapi tiba-tiba beberapa orang dari Ormas Islam tersebut menghampiri Az (37) dan dirinya dipaksa untuk keluar dari mobil.
“Beberapa Ormas Islam langsung memaki-maki saya. Bahkan ada yang naik di kap depan mobil saya. Padahal saya hanya kepasan lewat dan  menonton spanduk apa yang dipasang tersebut,” katanya.
Menyadari keadaan itu dia langsung menuju ke Polres Gunungkidul untuk meminta perlindungan. Tidak berselang lama Ormas Islam tersebut menyusul ke Polres Gunungkidul. Sempat ada insiden dorongan dari gerombolan Ormas Islam.
Beruntung ada petugas kepolisian yang segera melerai dan membawa Az ke ruang SPKT.
Terpisah, Abdurahman salah satu anggota Ormas Islam mengaku, pihaknya merasa tidak nyaman dengan statemen Az di salah satu media online juga di jejaring sosial.
”Maksudnya apa statemen yang seperti itu, kata-katanya sangat provokatif. Dan kita minta klarifikasi dengan yang bersangkutan,” ucapnya.

Mobil Anggota FLI Gunungkidul Dirusak

WONOSARI, kabarahandayani.com – Pengurus Forum Lintas Iman Gunungkidul Aminudin Aziz mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari anggota ormas keagamaan saat melintas di depan Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Gunungkidul, Jumat (2/4/2014).
“Ketika saya melintas saya langsung ditanya oleh sekelompok orang yang sedang memasang spanduk, ada beberapa orang saya kenal, saya tidak tahu apa kesalahan saya,” ungkap Aziz.
Aziz mengaku perlakuan tidak menyenangkan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan ormas tersebut terkait dengan statemennya di salah satu media. Untuk mendapat perlindungan Aziz kemudian mendatangi Polres Gunungkidul.
“Saya sempat berebut kunci dan ada aksi saling dorong dengan beberapa anggota ormas tersebut, bahkan mobil saya juga rusak akibat dinaiki beberapa orang pada kap depan,” tambah Aziz.
Hingga saat ini Aziz mengaku belum melaporkan kejadian tersebut kepada pihak kepolisian.

Penulis: Juju. Editor: Jjwidiasta.

http://kabarhandayani.com/mobil-anggota-fli-gunungkidul-dirusak/ 

Anggota FLI Diserang Ormas Islam

 IMG_20140502_204605

Gunungkidulpost.com –Wonosari- Anggota Forum Lintas Iman (FLI) Gunungkidul Amz (37) diserang oleh salah satu ormas Islam di depan kantor DPRD Gunungkidul, Jum’at (2/5/2014). Mobil Amz dirusak dan ia juga sempat mendapatkan perlakuan kasar dari para anggota ormas islam.
Peristiwa tersebut bermula ketika Amz melintas di depan kantor DPRD Gunungkidul sementara ormas Islam sedang menempel spanduk dan poster. Spanduk tersebut berisi penolakan kegiatan paskah adiyuswa seJawa-Bali di Puslatpur Rindam IV Diponegoro Paliyan yang diadakan oleh Gereja Kristen Jawa (GKJ) Wonosari.
Saat itu tiba-tiba salah seorang anggota ormas, Abdurahman mendatangi Amz dan menanyakan bahwa dia anggota FLI atau bukan. Amz pun menjawab bahwa dirinya merupakan anggota FLI. Sontak langsung anggota ormas Islam  berusaha memukul Amz yang ada di dalam mobil.
“Saya berhasil menghindar, tapi mobil saya (VW Kodok) bagian kap depan diinjak-injak hingga rusak,” kata Amz kepada wartawan, tadi.
Beruntung, trafiglight depan kantor DPRD Gunungkidul menyala hijau. Amz kemudian dapat menyelamatkan diri dari serangan para ormas Islam tersebut. Amz kemudian mendatangi Polres Gunungkidul untuk melapor kejadian tersebut.
Tetapi belum sempat melapor rombongan ormas Islam mengejar Amz di Polres Gunungkidul. Bahkan di Polres Gunungkidul juga sempat terjadi ketegangan. Amz kembali dihujat dan beberapa kali mendapatkan perlakuan kasar. “Pelipis saya juga lecet terkena tangan, tapi tidak apa-apa,” pungkas Amz. (Tama)