29/04/14

KGB Cap Pemilu 2014 Paling Bobrok


KGB Cap Pemilu 2014 Paling Bobrok
KGB

Wonosari, (sorotgunungkidul.com)--Dalam aksinya Kaukus Gunungkidul Bersih (KGB) meng-klaim Pemilu 9 April 2014 adalah Pemilu paling bobrok. Aksi yang dimotori Aminuddin Aziz menduga praktek money politic dan korupsi begitu marak terjadi di Gunungkidul dalam Pemilu tahun ini.
“Praktek money politic telah mencoreng aspirasi rakyat dalam Pemilu kali ini,” katanya, Senin (28/04/2014).
KGB yang terdiri dari berbagai elemen dan organisasi masyarakat seperti Lembaga Kajian dan Studi Sosial (LKDS), Forum Lintas Iman (FLI), Jejaring Rakyat Mandiri (Jerami), Perempuan Penggerak Ekonomi Rakyat (Pukat), Jogja Peace Forum (JPF), CELDA, BEM UGK, BEM STAIYO, Orang Muda Katolik (OMK) dan Komunitas Hitam Putih menolak beberapa calon wakil rakyat dengan memasang gambar mereka disertai orasi yang dilakukan di bundaran PLN, Wonosari.
"Calon wakil rakyat tidak berkualitas, rakyat hanya diperbodoh oleh caleg-caleg yang hanya mementingkan diri sendiri," kata Rino Caroko Aktifis dari Jejaring Rakyat Mandiri (Jerami).
Kritikan keras dan penolakan terutama ditujukan pada caleg yang terpampang di gambar seperti Hanafi Rais, , Idham Samawi, Esti Wijayati, Andhika Pandu, Siti Hediati, Agus sulistiono, Sukamto, dan Ambar Tjahyono. Mereka di cap sebagai caleg-caleg yang tidak sehat.

17/04/14

Lawan Politik Uang Dengan Titir

Wonosari – Yogyakarta (SK). Jum’at (04/04) Forum Lintas Iman (FLI) Gunungkidul bersama elemen masyarakat Gapoktan, LSM, Pelajar SLTA dan Ikatan Mahasiswa Gunungkidul  menggelar aksi tolak money politic di Bunderan PLN Wonosari. Aksi tersebut sebagai bentuk keprihatinan terhadap maraknya praktek-praktek kotor yang dilakukan politisi untuk mendulang suara dalam pemilu yang akan digelar 9 April mendatang.
Aksi dimulai pukul 14.00 wib dengan membagi selebaran Petisi Gunungkidul Siaga I  "Gerakan Menolak Politik Uang" kepada pengguna jalan. Isi petisi tersebut diantaranya : Pertama, Mendukung proses politik secara santun, sesuai aturan, bersih dan tanpa diskriminasi. Kedua, Menolak sepenuhnya politik uang yang digunakan sebagai strategi pemenangan Pilek, Pilpres maupun Pilkada. Ketiga, Mendesak KPU dan Panwaslu untuk berani tegas bertindak terhadap pelanggar pemilu. Keempat, Mengajak seluruh elemen masyarakat untuk aktif memantau Pemilu. Kelima, Mewasdai serangan fajar dan berani melaporkan segala bentuk pelanggaran kepada Panwaslu. Keenam, Menjadi pemilih yang memilih Caleg benar, baik dan bersih. Ketujuh,Aktif dalam mensukseskan Pemilu untuk Pileg, Pilpres dan Pilkada yang LUBERJURDIL.
Aminudin Aziz selaku koordinator aksi dalam orasinya menyatakan bahwa dua bulan sebelum menggelar aksi mereka telah menyebar relawan untuk mencari informasi terkait praktik money politic.  Hasilnya 90% terjadi praktek politik uang di wilayah Gunungkidul. Sementara itu orator wakil dari pelajar SLTA menyatakan sebagai pemilih pemula harus jeli dalam menentukan pilihan. Politisi telah mendidik dan memberi contoh buruk kepada para pelajar dengan memberikan uang jajan dan mengarahkan pilihan politiknya. Selain itu wakil dari Ikatan Mahasiswa Gunungkidul menyatakan bahwa sebagai kaum terpelajar harus cerdas dalam menentukan pilihan, karena apapun pilihanya itu yang akan menentukan nasib Gunungkidul khususnya dan Indonesia pada umumnya lima tahun kedepan.
Aksi ditutup dengan membaca do’a bersama dan dilanjutkan memukul kentongan Titir selama satu menit . “Kentongan adalah simbol cara berkomunikasi masyarakat Jawa tentang bagaimana mengabarkan keadaan. Memukul kentongan Titir adalah bentuk dari mekanisme komunal masyarakat untuk memberitakan keadaan bahaya. Bahaya Money Politic yang marak inilah yang dikabarkan dan harus dilawan melalui kentongan sebagai isyarat bahwa Gunungkidul benar-benar memasuki politik siaga satu” Teriak koordinator aksi ketika menutup orasinya. (Slrn/HNCRKFM)

Puluhan Aktivis Tolak Money Politic di Gunungkidul

Puluhan Aktivis Tolak Money Politic di Gunungkidul
Tribun Jogja/ Hari Susmayanti
Peserta aksi keprihatinan praktik money politic membawa boneka pocong sebagai lambang Gunungkidul dalam siaga I jelang pemilu, Jumat (4/4/2014).  

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Puluhan aktivis Forum Lintas Iman (FLI) Gunungkidul menggelar aksi keprihatinan menolak praktek money politic dalam pemilihan umum (pemilu) legislatif di Bundaran BRI Wonosari, Jumat (4/4/2014). Peserta aksi membawa alat musik tradisional berupa kentongan dan boneka pocong yang menyimbolkan status Gunungkidul siaga I terhadap politik uang. Lebih dari 90 persen caleg yang akan memperebutkan kursi DPRD Kabupaten Gunungkidul menjalankan politik transaksional.
Usai berorasi, koordinator aksi, Aminudin Aziz langsung meminta seluruh peserta untuk membunyikan kentongan yang sudah dibawa secara terus menerus atau titir. Tabuh kentongan titir ini sebagai tanda kalau Gunungkidul dalam kondisi bahaya politik uang.
Koordinator aksi, Aminudin Aziz mengatakan saat ini kondisi Gunungkidul sedang kritis, politik uang sudah merasuk ke seluruh kalangan hingga pelosok-pelosok desa. Politik uang sudah mengebiri demokasi di Gunungkidul. Untuk itu seluruh elemen masyarakat harus bersikap tegas untuk menolak politik uang supaya wakil-wakil rakyat yang terpilih nanti benar-benar orang yang memihak kepada masyarakat.
“Kami sudah terjunkan ratusan relawan ke desa-desa. Hasilnya, lebih dari 90 persen caleg melakukan politik transaksional,”katanya saat berorasi di depan puluhan anggota FLI.
Melalui aksi keprihatinan ini, kata Aziz, pihaknya ingin memberikan pendidikan politik kepada seluruh warga masyarakat untuk tidak terjerumus dalam politik uang yang dilakukan oleh para caleg. Masa depan Gunungkidul jangan sampai digadaikan dengan uang yang diberikan oleh para caleg.
“Kami mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menolak politik uang. Kami menyimbolkan kentong titir ini sebagai tanda bahaya terhadap politik uang. Kami minta seluruh warga yang mendukung aksi ini untuk membunyikan ketongan saat pencoblosan,”ujarnya.
Sementara itu, Ketua Ikatan Mahasiswa Gunungkidul yang turut menyampaikan orasi, Bambang Ervan Darmanto mengatakan pihaknya mengutuk keras praktek politik uang. Praktek tersebut merupakan bentuk pembodohan terhadap masyarakat sehingga harus ditindak tegas.
“Jangan memilih caleg yang memberikan uang. Gunungkidul butuh calon-calon wakil rakyat yang mengerti kondisi rakyat dan terbebas dari politik uang,”ucapnya.
Ervan berharap, warga yang masih peduli dengan Gunungkidul untuk berani melaporkan praktek-praktek politik yang ada di dalam masyarakat. Caleg-caleg yang melakukan praktek politik uang harus ditindak tegas karena mereka telah melanggar aturan.
Di tempat terpisah, anggota Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Gunungkidul, Budi Haryanto mengaku pihaknya kesulitan untuk memproses praktik politik uang yang dilaksanakan oleh para caleg. Minimnya saksi menjadi penyebab laporan politik uang sulit diproses secara hukum.
“Laporan dugaan money politic seringkali tidak diikuti dengan alat bukti. Seperti dugaan money politic yang dilakukan oleh Budi Setyagraha yang diduga membagi-bagikan uang sebesar Rp 25 ribu. Setelah ditindaklanjuti, warga tidak ada yang mau bersaksi,” jelasnya.(has)

http://jogja.tribunnews.com/2014/04/04/puluhan-aktivis-tolak-money-politic-di-gunungkidul/

Jelang Pencoblosan, Gerakan Anti Money Politic Marak di Yogyakarta

Spanduk Money Politic
VIVAnews - Gerakan untuk tidak golput menjelang pemilu legislatif 9 April 2014 terus disuarakan oleh berbagai elemen masyarakat yang ada di Yogyakarta. Kali ini puluhan masyarakat yang tergabung dalam Forum Lintas Iman (FLI) Kabupaten Gunungkidul DIY melakukan aksi menabuh kentongan sebagai tanda menolak money politic (politik uang) yang akan menyengsarakan masyarakat sendiri.

Selain melakukan pemukulan kentongan selama 30 detik, aksi tolak politik uang yang berlangsung di Bundaran BRI Wonosari ini juga dibentangkan spanduk bertuliskan "Gunungkidul siaga 1, Gerakan Menolak Politik Uang", pembagian selebaran yang berisi Petisi 'Gunungkidul siaga 1", dan doa bersama dari lintas agama.

"Pemukulan kentongan "titir" merupakan simbol masyarakat Jawa untuk peringatan tanda bahaya. Selain karena mental pelakunya money politik sumber utama korupsi di negri ini," kata Ketua FLI Gunungkidul, Aminudin Aziz kepada VIVAnews.

Menurutnya aksi ini merupakan ajakan untuk masyarakat agar menolak pemberian uang dari calon anggota legislatif ataupun dari partai politik dan juga calon DPD RI.

"Jangan sampai harga diri, kemerdekaan bangsa ini digadaikan dengan rupiah," jelasnya.

Aksi yang berbeda di lakukan oleh elemen masyarakat Kabupaten Bantul yang menamakan dirinya Gerakan Anti Politik Uang. Meski bersedia menerima money politic namun elemen masyarakat ini mengajak tidak memilih yang memberi uang dan mendoakan agar tidak terpilih.

Elemen Gerakan Anti Politik Uang memasang berbagai spanduk di beberapa titik ruas jalan utama di wilayah Kabupaten Bantul seperti di perempatan Goce, Perempatan Palbapang dan masih banyak lagi.

Ketua Panwaslu Gunungkidul Buchori Ichsan mengatakan selama kampanye terbuka pihaknya mendapatkan lima laporan dugaan money politic namun semuanya setelah dilakukan penelusuran tidak memenuhi unsur. Pihaknya mengaku kesulitan untuk memproses dugaan praktik politik uang yang dilakukan para caleg menjelang Pemilu

“Kita mendapatkan laporan lima dugaan politik uang tetapi setelah kita lakukan penelusuran akhirnya tidak terbukti,” katanya.
 

15/04/14

Aksi Tabuh Kenthongan Titir Tanda Bahaya Money Politics

DSC_0770WONOSARI, kabarhandayani.com – Maraknya pelanggaran kampanye termasuk money politics membuat prihatin masyarakat yang peduli terhadap pelaksanaan pemilu yang bersih dan demokratis. Oleh karena itu, hari Jumat (4/4/2014) Forum Lintas Iman (FLI) Gunungkidul menggelar aksi damai di Bunderan PLN Wonosari, Gunungkidul.
Acara yang diikuti oleh sekitar 100 peserta terdiri dari Anggota FLI Gunungkidul LSM, Pemuda dan mahasiswa serta seluruh elemen masyarakat di Gunungkidul.
Aminudin Aziz selaku ketua FLI menjelaskan bahwa aksi ini merupakan bentuk keprihatinan terhadap maraknya money politics dan juga mengingatkan kepada masyarakat untuk menolak segala bentuk money politics.
“Demokrasi Indonesia adalah demokrasi Pancasila bukan demokrasi kapital,” ujarnya.
Dalam aksi ini para FLI menyampaikan pernyataan sikap terhadap money politics diantaranya mendukung proses politik yang bersih, menolak segala bentuk politik uang, mendesak Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Panitia Pengawas Pemilu (Paswaslu) untuk menindak tegas pelaku, mengajak masyarakat untuk berperan serta mengawasi jalannya pemilu dan berani melaporkan ke Panwaslu, menjadi pemilih yang cerdas serta aktif mensukseskan Pemilu 2014.
Mereka juga melakukan orasi secara bergantian yang isinya bahwa sumber kebobrokan negeri ini disebabkan oleh caleg yang memanfaatkan uang untuk membeli suara rakyat. Selain itu, peserta aksi serentak menabuh kentongan titir selama 1 menit sebagai tanda bahwa Gunungkidul benar-benar memasuki status politik siaga satu.
“Kenthongan adalah simbol cara berkomunikasi masyarakat Jawa terutama masyarakat Jogja guna memberikan tanda suatu keadaan. Titir adalah tanda bahaya, dan bahaya money politic inilah yang marak serta akan kita kabarkan melalui kenthongan. Kami juga menghimbau kepada masyarakat Gunungkidul  9 April mendatang saat Tempat Pemungutan Suara (TPS) dibuka serentak kita tabuh kenthongan titir,” paparnya.
Aziz menambahkan FLI sudah menerjunkan 500 relawan untuk ikut serta memantau pemilu 2014. Serta akan berupaya dengan polisi dan panwaslu menangkap tangan pelaku money politics.
“Agar pelaku money politics jera kita akan mengupayakan tangkap tangan saat mereka bertransaksi. Saat ini kami sudah punya data akurat tinggal kita eksekusi saja,” jelasnya.
Diakhir acara aksi damai ini ditutup dengan berdoa dipimpin oleh 5 perwakilan tokoh agama secara bergantian.
Laporan Reporter: Mutiya, Editor: Hery

Caleg Bagi Uang, Rakyat Menerima

 Caleg Bagi Uang, Rakyat Menerima
Wonosari,(sorotgunungkidul.com)--Ketua Forum Lintas Iman (FLI) Kabupaten Gunungkidul, Aminudin Aziz mengatakan hampir 90% caleg telah melakukan money politik transaksional pada pemilu tahun 2014 ini.

"Itu hasil yang kami dapat saat kami menyusur ke setiap desa-desa. Kalau kita tidak turun tangan mungkin 2 atau 3 tahun lagi tidak akan ada gotong royong di masyarakat, semua diukur dengan uang, dengan politik konvensional," katanya, Jumat (04/04/2014).

Ditambahkan Aziz, jelang pelaksanaan pemilu dirinya akan menerjunkan ratusan relawan di beberapa TPS untuk memantau pelaksanaan pemilu. Relawan bentukan FLI Gunungkidul tersebut saat ini juga telah mengantongi dan merekam kecurangan serta kejanggalan tentang pemilu yang selama ini terjadi. Ketika dilaporkan ke Panwaslu maupun KPU, regulasi atau aturan yang diutarakan oleh KPU dan Panwaslu tidak memihak pada niat mereka.

"Pelaku money politik hukumannya ringan dan kami bosan dengan sistem yang dibangun pemerintah yang seperti sekarang ini. Kami akan bekerja di luar sistem pemerintah, namun kita tetap berjejaring dengan mereka dengan tidak ikut pada tataran regulasi," paparnya.

Dalam prakteknya, para relawan pemantau pemilu tersebut langsung akan merekam, menangkap tangan dan mengadili pelaku money politik yang melakukan aksinya saat pemilu tersebut berlangsung.

"Akan langsung kita tindak tegas, kita tangkap tangan dan kita adili," ujarnya.

Lebih lanjut Aziz mengungkapkan, rencananya pada 9 April mendatang, tepat pukul 07.00 WIB, ia dan rekan FLI akan membunyikan kentongan "titir" lagi.

"Hal ini akan kita jadikan tanda agar masyarakat waspada bahwa sebuah kekuatan besar akan menghancurkan masyarakat dan sendi-sendi budaya di masyarakat jika mereka mau menukar suara hanya dengan uang senilai Rp 20 sampai Rp 50 ribu saja," pungkasnya.

Gunungkidul Siaga 1 money politik


 DSC_6253
 
Gunungkidulpost.com – Wonosari – Suhu politik di Kabupaten Gunungkidul siaga satu. Tidak ingin suara masyarakat terbeli oleh para calon pemimpin tidak bertanggung jawab, Forum Lintas Iman (FLI) menggelar aksi tolak money politik di bundaran PLN Wonosari, Jum’at (4/4/2014) sore.

Dalam aksi tolak money politik tersebut, juga hadir dari berbagai elemen masyarakat, LSM dan pemuda yang tegabung dalam Ikatan Mahasiswa Gunungkidul (IMG). Sebelum melakukan orasi, peserta demo membagikan selebaran kepada pengguna jalan terkait dampak negatif dari money politik.

“Politik uang adalah sumber utama korupsi di negeri ini. Sumber kebobrokan pembangunan diri kita, lingkungan kita dan bangsa kita bahkan dunia,” tegas Aminudin Azis ketua FLI Gunungkidul.

Azis mengatakan, yang akan dilakukan para calon pemimpin jika menjadi kelak yakni jangka waktu lima tahun. Menurutnya dalam jangka waktu lima tahun para calon pemimpin yang mendapatkan kedudukan dapat melakukan apapun, tak terkecuali korupsi.

“Jangan hanya karena nilai rupiah yang habis sehari, sebulan ataupun setahun kita kehilangan kemerdekaan diri kita, kemerdekaan jiwa kita, kemerdekaan bangsa kita. Mari kita renungkan bersama, masih ada waktu untuk berfikir dan memilih mana yang benar pilihan sesaui dengan lubuk hati kita,” ucapnya dihadapat peserta aksi tolak money politik.

Pantauan Gunungkidulpost.com, usai melakukan orasi peserta aksi kemudian melakukan doa bersama. Dengan berdoa bersama diharapkan bangsa Indonesia khususnya Gunungkidul dapat dipimpin pemimpin yang benar-benar berpihak kepada rakyat. Setelah melakukan doa, ratusan peserta aksi kemudian membubarkan diri. (Tama)

 http://gunungkidulpost.com/gunungkidul-siaga-1-money-politik/

 FLI: Kondisi Politik Gunungkidul Siaga 1


WONOSARI, kabarhandayani.com – Maraknya pelanggaran money politics yang terjadi di Gunungkidul saat ini menjadi perhatian banyak kalangan yang memahami sepenuhnya fungsi pemilu. Pemilu legislatif yang akan digelar pada 9 April 2014 mendatang terindikasi sarat dengan money politics untuk strategi pemenangannya. Bahkan sebagian besar Caleg (Calon Legislatif) dari setiap partai peserta pemilu menggunakan cara ini untuk mengumpulkan suara.
Hal ini menjadi perhatian dan keprihatinan Forum Lintas Iman (FLI) Gunungkidul. Hasil rapat terbatas hari ini Rabu (2/4/2014), FLI Gunungkidul berencana menghadap Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Gunungkidul. Kamis (3/4/2014) pukul 14.00 WIB FLI Gunungkidul akan mengadakan audiensi dan menyampaikan keprihatinan. Aksi tersebut rencananya akan diikuti oleh beberapa perwakilan elemen keagamaan di Gunungkidul dan komunitas atau organisasi yang merasakan keprihatinan yang sama.
FLI juga akan menyampaikan ke masyarakat umum atas keprihatinan dan bahaya money politics dalam Agenda Aksi Keprihatinan yang akan digelar pada hari Jum’at (4/4/2014) pukul 14.00 di Bundaran PLN, atau sebelah utara Alun-alun Pemerintah Daerah Gunungkidul.
Maraknya bagi-bagi uang baik per gundul (baca: kepala) yang dikenal dengan istilah “gundulan” maupun secara kelompok semakin meresahkan masyarakat di hari-hari mendekati pelaksanaan pesta demokrasi 2014 ini.
“Ini semakin krusial ketika aparat pemerintah di wilayah basis juga menjadi bagian dari struktur pemenangan caleg. Bahkan kantong-kantong uang para caleg saat ini disinyalir dikoordinir pemegang kekuasaan pemerintahan terbawah seperti lurah, dukuh, RT maupun RW,” jelas Bekti Wibowo Suptinarso mantan anggota KPU Gunungkidul 2003-2008.
Aminudin Azis mewakili FLI Gunungkidul menjelaskan, “Besok Kamis (3/4/2014) pukul 14.00 WIB kami berencana menghadap KPU dan Panwaslu Gunungkidul untuk menyampaikan keprihatinan kami bersama ini. Pada hari Jum’at (4/4/2014) pukul 14.00 WIB, kami mengajak semua elemen masyarakat yang peduli untuk bersama-sama menyerukan  kondisi yang memprihatinkan ini” jelasnya.
Dalam aksi yang akan digelar pada hari Jum’at 4 Maret 2014 nanti akan dilaksanakan Gerakan Tabuh Kenthongan Titir secara serentak.
“Kenthongan adalah simbol cara berkomunikasi masyarakat Jawa. Bagaimana mengabarkan keadaan atau menyampaikan berita melalui kenthongan sangat efektif dalam gerakan secara komunal di masa lalu. Memukul kenthongan titir adalah bentuk dari mekanisme komunal masyarakat Jogja untuk memberitakan keadaan bahaya. Bahaya money politics yang marak inilah yang akan kita kabarkan melalui kenthongan. Dalam 1 menit kita akan membunyikan kenthongan titir sebagai isyarat bahwa Gunungkidul benar-benar memasuki status Politik Siaga 1,” tambahnya.
Amminudin Azis menghimbau kepada seluruh peserta aksi untuk membawa kenthongan pada aksi Jumat nanti.
FLI Gunungkidul juga mengajak seluruh masyarakat atas nama pribadi maupun komunitas atau organisasi yang masih memiliki cita-cita pemilu bersih dari politik uang untuk hadir pada Aksi hari Jum’at 4 Maret 2014, pukul 14.00 WIB. Namun dengan tegas FLI akan menolak caleg atau partisan yang membawa simbol-simbol partai politik dalam aksi nanti.
Laporan Kontributor: Stjoko, Editor: Hery

http://linkis.com/kabarhandayani.com/vQWOm